='#efefef' name='theme-color'/> Konsep Ekonomi Islam - BERITA DESA -->

Konsep Ekonomi Islam


Kehidupan orang-orang pra-Islam diwarnai dengan tajamnya stratifikasi social dengan berbagai implikasi psikologis yang menyertainya. Ada sejumlah kecil anggota masyarakat yang memiliki semua akses kekuatan, ekonomi, politik, intelektual dan religiokultural. Berbagai sisi kelebihan tersebut jalin-menjalin yang menempatkan sekelompok kecil orang pada posisi yang sangat penting dengan semua hak istimewa yang dimilikinya. Adapun sejumlah besar lainnya berada pada posisi yang sangat kontras. Mereka hampir tidak memiliki akses kekuatan apapun, termasuk kemerdekaan pribadinya sebagai manusia, serta hak-hak perdatanya yang sangat mendasar. Mereka adalah orang-orang miskin dan budak-budak belian yang secara turun-temurun mewarisi kodrat hidupnya tanpa menyadari hak-hak dasarnya sebagai manusia.

Nabi Muhammad SAW. lahir untuk melakukan berbagai perubahan radikal dan menyeluruh, untuk mereformasi secara total kehidupan manusia yang penuh dengan ketimpangan. Agama yang diajarkan beliau membawa aspirasi dan ide tentang tauhid, demokrasi (politik), dan keadilan sosial (ekonomi). Sesuai dengan tingkat perkembangan pemikiran dan tahapan pertumbuhan sosial saat itu, Nabi memberikan petunjuk-petunjuk operasional dan teladan-teladan nyata melalui sunnah-nya sebagai suatu cita bahwa ajaran Islam telah sempurna disampaikan oleh Nabi kepada umatnya (Q.S. Al-Ma’idah [5]: 4). Akan tetapi, dalam konteks aplikasinya lebih lanjut; pokok-pokok ajaran Islam memerlukan langkah-langkah sistematisasi dan interpretasi baru guna menyesuaikan dengan tingkat perkembangan kehidupan umat manusia dan aspirasinya yang semakin meningkat, sesuai dengan perkembangan manusia. Meminjam pernyataan Goldziher bahwa kebenaran Islam yang ada sekarang ini belumlah bulat. Kebulatannya masih menunggu karya-karya generasi umat Islam lebih lanjut.

Teks-teks keagamaan (An-Nushush Asy-Syar’iyyah) memuat banyak pesan yang berkaitan dengan bidang kehidupan perekonomian, baik secara eksplisit (sharih) maupun implicit (ghairu sharih). Akan tetapi, secara keseluruhan, aksentuasi dari nash-nash tersebut lebih menekankan ajaran-ajaran atau pesan-pesan moral universalnya, sesuai dengan semangat dasar Al-Quran, yaitu semangat moral yang menekankan pada ide-ide keadilan sosial dan ekonomi. Misalnya pandangan Islam tentang dunia kerja, prinsip kebebasan dan kejujuran dalam berusaha, produktivitas kerja, serta pandangan dunia (weltanschauung) Islam yang secara keseluruhan berhubungan erat dengan konsep teologi dan eskatologi.

Diantara ajaran-ajaran pokok tersebut, misalnya posisi manusia di bumi ini adalah sebagai khalifah Tuhan (Al-Baqarah [2]: 30) dengan membawa amanat-Nya (Al-Ahzab [33]: 72) untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan (Hud [11]: 61). Manusia tidak boleh takut pada alam karena ala mini diciptakan untuk “melayani” kepentingan mereka (Al-Baqarah [2]: 29; Al-Jasiyah [45]: 13). Mereka tidak boleh duduk pasif, tetapi harus aktif berusaha dan bekerja (Al-Jumu’ah [62]: 10; Ar-Rad [13]: 13). Mereka harus mencari bagian rejeki yang halal. Dalam berusaha, mereka harus mengindahkan nilai kejujuran (Al-A’raf [7]: 85); atas dasar sukarela tanpa paksaan (An-Nisa [4]: 29) dalam bidang-bidang yang dibolehkan syariat dan bukan yang batil (Al-Ma’idah [5]: 3).

Meskipun bebas mendapatkan dan memiliki setiap hasil jerih payahnya, mereka juga harus memperhatikan fungsi sosial harta hasil usahanya demi kebaikan orang-orang yang nasibnya kurang beruntung (Al-Hasyr [59]: 7; At-Taubah [9]: 34; Ar-Rum [30]: 30). Mereka juga harus hemat dan efisien dalam membelanjakan hartanya (Al-Isra [17]: 26; Al-Furqan [25]: 67); dan sebagainya. Terhadap pesan-pesan Al-Quran tersebut dan juga hadist atau sunnah rasul, diperlukan interpretasi dan konseptualisasi kedalam bentuk ajaran yang sistematis sehingga akan lebih mudah untuk dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh semua orang. Dengan demikian, ajaran-ajaran luhur tersebut tidak hanya merupakan imbauan moral, tetapi menjadi suatu sistem tatanan hidup yang dihayati sebagai way of life dan rule of game yang dipatuhi. Dengan cara itulah, ajaran agama akan membawa dampak nyata bagi peningkatan kesejahteraan manusia, lahir dan batin.


Sumber : Sistem Ekonomi Indonesia

0 Response to "Konsep Ekonomi Islam"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel